Konsep Dasar
- Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan
- Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut
- Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah laku
- Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
- Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
- Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
- Aktor bukan reaktor
- Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
- Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab
- Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia :
- Tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”.
- Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Kecemasan :
- “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akan datang”
- Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpukau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Unfinished business (urusan yang tak selesai)
- perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan
- Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung-an yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain
- Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani mengha-dapi dan menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH
A. Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”
B. Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self- image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
- Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam
- Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
B. Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self- image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
C. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
D. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
E. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
F. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
Spektrum tingkah laku bermasalah :
- Kepribadian kaku (rigid)
- Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
- Menolak berhubungan dengan lingkungan
- Memeliharan unfinished bussiness
- Menolak kebutuhan diri sendiri
- Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”
TUJUAN KONSELING
Tujuan utama :
- Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi
- Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
- Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya
- Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkansebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Tujuan spesifik
- Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh
- Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
- Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
- Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
- Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya
- Tugas konselor : mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya
- Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
- Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat
- Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri
- Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
- Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila
- Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :
Fase pertama
- konselor mengembangkan pertemuan konseling,agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan perubahan yang diharapkan pada klien
- Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masingmasing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan
Fase kedua
Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien
Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
1. Membangkitkan motivasi klien :
- Memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
- Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor.
2. Mebangkitkan otonomi klien :
- Menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
Fase ketiga
- Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini. Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
- Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor
- Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien..
Fase keempat
- Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling
- Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
- Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.
- Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
TEKNIK KONSELING
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
Orientasi Sekarang dan Di Sini
- Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang.
- Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang.
- Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.
•Orientasi Eksperiensial
- konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:
- klien mempergunakan kata ganti personal
- klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan
- klien mengambil peran dan tanggung jawab
- klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah-lakunya
Teknik-teknik Konseling Gestal
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Økecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
ØKecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”
ØKecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh
ØKecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung
ØKecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”. Misalnya :
- “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
- “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
- “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.•
Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Misalnya :
Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
Tetap dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya
Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan
Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru :
- tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya
- membutuhkan keberanian dan pengalam-an untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu
KETERBATASAN PENDEKATAN
- Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif
- Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain
- Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan secara mekanis
- Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar diharapkan bersifat membangun dalam rangka pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Kami sampaikan terima kasih