Senin, 11 Juli 2016

Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif dianggap penting karena :

  1. Kognisi/proses mental merupakan masalah pokok dalam studi psikologi. Artinya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak akan terlepas dari aspek kognisi, seperti misalnya persepsi, atensi terhadap stimulasi tertentu, ingatan, pengetahuan, dll. 
  2. Pandangan Psikologi Kognitif banyak berpengaruh pada bidang-bidang psikologi lain. Sebagai contoh, pendekatan Psikologi Kognitif tentang aspek kognisi banyak dipergunakan dalam Psikologi Sosial (misal persepsi masyarakat terhadap pathologi sosial), Psikologi Konseling (misal mengubah cara berpikir yang salah), Psikologi Pendidikan (misal fungsi ingatan dan intelegensi terhadap prestasi), dan Psikologi Konsumen (misal upaya membentuk persepsi konsumen). 
  3. Melalui prinsip kognisi, seseorang dapat menangani dan memproses informasi secara efesien dan terorganisasi dengan baik. Dengan memahami aspek kognisi serta proses-proses yang terkait, manusia menjadi lebih tahu dan mampu menciptakan cara-cara mengolah informasi agar ber-manfaat bagi diri dan lingkungannya secara le-bih baik. Misal : menciptakan komputer untuk mempermudah pekerjaan dan komunikasi dengan orang lain, berbicara secara lebih efektif dan efisien, menciptakan kode/ digit angka untuk bantuan mengingat nomor telephone atau KTP secara lebih cepat, dll. 
Asumsi-asumsi dalam Psikologi Kognitif

1. Proses Kognitif lebih bersifat aktif daripada pasif.

Psikologi kognitif mendasarkan pandangannya pada kenyataan bahwa manusia adalah aktif/tidak pasif. Artinya, manusia selalu berupaya mencari informasi, memperoleh pengetahuan, dan mengikuti perkembangan pengetahuan baru. Pandangan ini berbeda dengan behavioristik yang memandang manusia itu pasif (merespon hanya jika ada stimulus)

2. Proses Kognitif terjadi secara sangat efisien dan akurat.

Dalam perkembangan berbahasa seseorang manusia, dari sekedar kata-kata tak berarti sampai dapat mengucapkan kalimat panjang dengan bahasa yang beraneka macam, sebenarnya dilandasi dengan kemampuan kognitif manusia untuk mengenal kata-kata baru, struktur bahasa yang kompleks dan menyimpannya banyak informasi yang terkait dalam memori. Oleh karena itu manusia mampu memanfaatkan kemampuannya tersebut secara efisien (sejauh diperlukan) dan akurat (sesuai dengan kapasitas yang memang dibutuhkan). Kalau terjadi kesalahan dalam pemanfaatan informasi yang tersimpan, maka ini terjadi karena ketidaktepatan penggunaan strategi dalam mengenal dan menyimpan informasi ke dalam kognitifnya.

 3. Proses Kognitif cenderung lebih baik apabila berkaitan dengan infor-masi yang positif           dari pada informasi yang negatif.

Artinya individu akan lebih mudah memahami bentuk kalimat pernyataan yang positif dari pada kalimat yang negatif.
Misal :
a. “Amin adalah anak yang jujur” lebih mudah dipahami dari pada “Amin bukan anak yang tidak jujur”
b.“Mahatir merupakan perdana menteri yang tangguh” lebih mudah dipahami dari pada “Mahatir bukan merupakan perdana menteri yang tidak tangguh”.
Kebanyakan orang yang cenderung lebih akurat dalam mengingat informasi positif dari pada informasi negatif. Artinya, dalam membentuk konsep, kinerja pikiran lebih baik dalam memilih contoh-contoh konsep yang positif daripada contoh konsep yang negatif. Termasuk dalam tugas penalaran, lebih mudah bila berhubungan dengan informasi positif dari pada negatif.
Contoh :
a. “Kera, kerbau,sapi, kangguru, adalah mamalia” merupakan konsep yang lebih mudah diingat dari pada konsep ‘Kupu-kupu, ikan, siput bukan contoh binatang mamalia”
b.Pernyataan : “Individu yang puas terhadap pekerjaannya akan memiliki motivasi kerja lebih baik daripada mereka yang tidak puas” lebih mudah dinalar dari pada pernyataan : “Seseorang ti-dak akan memiliki motivasi kerja lebih baik kecuali ia merasa puas dengan pekerjaannya daripada orang lain”
4. Umumnya Proses Kognitif tidak dapat diamati secara langsung.
Kita tidak dapat melihat apa yang terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang menghafal, membuat keputusan/memecahkan masalah. Sehingga agak sulit untuk menerangkan proses kognitif secara langsung. Untuk itu sering digunakan 2 atau 3 teori dalam menerangkan serta menggunakan cara menterjemahkan proses kognitif tersebut kedalam respon-respon tertentu yang dapat diamati dan diukur.
5.Proses Kognitif saling berkaitan antara unit satu dengan yang lain, dan tidak bisa                   bekerja secara terpisah.
Persepsi, sebagai salah satu yang melibatkan proses kognitif, bukanlah semata-mata pemrosesan stimulus dari luar (bottom-up processing), tapi yang melibatkan pengolahan pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan (top-down processing)
Contoh :
Saat menghadapi ujian/tes, seseorang akan melewati tahapan :
• Identifikasi kata-kata dalam soal dan memahaminya
• Memeriksa memori untuk mencari jawaban
• Jika jawaban ditentukan dalam memori, maka diinformasikan dalam suatu rencana untuk   memunculkannya dalam kata-kata.
• Mentransformasi jawaban ke dalam jawaban nyata.
(bersambung)
Mohon maaf karena ada keterbatasan tenaga dalam penulisan artikel maka dalam artikel keseluruhan tidak dapat termuat. Untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai Artikel ini anda dapat langsung kunjungi blog saya di KAJIAN PSIKOLOGI yang lainnya. semoga informasi artikel ini ini bisa bermanfaat 

Sangat diharapkan, Anda bersedia mengisi buku tamu, memberi masukan atau kritikan, join member dan mengisi vote kegunaan usaha penulisan dalam blogspot untuk sumbangsih ilmu psikologi. Salam saudara-saudaraku para Guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar diharapkan bersifat membangun dalam rangka pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Kami sampaikan terima kasih