7 Kaidah Sekolah
Inovasi
Sunaryo
Kartadnata
Otomasi dan digitasi era 4.0 berpengaruh signifikan pada cara
berpikir dan perilaku manusia. Disrupsi menjadikan orang harus kreatif, sumber belajar semakin beragam,
pilihan berpusat pada individu, penyelesaian masalah secara kolaboratif, dan
pemenuhan kebutuhan melalui jejaring
luas, proses belajar menjadi
terbuka dan tidak lagi dibatasi ruang dan waktu. Manusia harus berpikir kreatif
untuk mencari alternatif, mengakses informasi dari ragam sumber, menentukan
pilihan paling mungkin, dan melaksanakan keputusan secara kolaboratif.
Bangsa Inovasi adalah idealisme Bangsa Pendidikan (Chen.
2010), yang harus didekatkan kepada kehidupan nyata, sebuah masyarakat belajar
yang mengandung pergaulan manusia sebagai pembelajaran yang abai batas usia dan
latar belakang, menjadi pembelajaran sepanjang hayat untuk semua. Perlu perubahan mindset tentang pendidikan, dan
negara menempatkan pendidikan sebagai prioritas tertinggi nasional.
Sekolah Inovasi adalah pemaknaan dan penerjemahan idealisme ke dalam kehidupan
nyata. Pembelajaran berlangsung dalam keterpaduan belajar, hidup, dan bekerja sebagai sebuah
kehidupan nyata, dirumuskan ke dalam
tujuh kaidah berikut.
Misi,
bersumber dari
misi negara, berlandaskan Pancasila dan arahan Pembukaan
UUD 1945, untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Misi negara mengandung
implikasi imperatif bagi pendidikan dan
guru di dalam pembelajaran. Misi guru mengandung misi negara yang dibawa ke
dalam pembelajaran.
Mindset Pendidikan,
menjadi landasan
lahirnya Regulasi Pendidikan yang ajeg antara tataran filosofis
dan praksis, dengan memahami secara mendalam dan utuh sekurang-kurangnya sembilan
arahan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas.
Strategi Kebudayaan, berdasarkan
prinsip pendidikan berbasis budaya, diawali dengan membangun kesamaan mindset dan visi bersama seluruh Warga
Negara Indonesia. Kata kunci bertumpu pada mutu
dan kejujuran. Perlu gerakan holistik
untuk membangun mindset dengan gelora mewujudkan “Pendidikan Bermutu dan Kejujuran”, sebagai perekat untuk memuarakan
berbagai pikiran ke dalam pelabuhan besar yang sama, yaitu visi “pendidikan
bermutu dan kejujuran”.
Pendidikan Kehidupan
Nyata, berwujud dalam adegan pembelajaran kehidupan
nyata yang mengintegrasikan belajar,
bekerja, dan hidup yang mengandung komponen:
Pendidikan
Berpikir, mengembangkan cara berpikir kreatif, inovatif,
dan kritis sebagai kecakapan hidup berkelanjutan, menumbuhkan daya adaptasi yang
berakar pada budaya bangsa.
Kurikulum, mengembangkan
ragam potensi dalam adegan dan konteks kehidupan nyata dengan akses ragam sumber
belajar yang luas dan terbuka. Pembelajaran menjadi proses kreatif menterjemahkan isi kurikulum ke
dalam realitas pergaulan hidup manusia.
Guru adalah sosok manusia kreatif yang memegang peran kunci dalam rangkaian
pengambilan pilihan dan keputusan tindakan pembelajaran atas dasar pertanyaan
“Mengapa perlu mempelajari ini?”.
Teknologi, sebagai
alat bekerja yang memberikan kemudahan dalam membelajarkan manusia,
mengembangkan cara berpikir dan bekerja, serta mengakses sumber informasi. Penggunaan
internet dan media sosial dalam pembelajaran
menjadi sebuah keniscayaan, diposisikan sebagai kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan
nyata.
Waktu dan tempat,
menjadikan belajar sebagai proses terbuka, terjadi setiap
saat dengan berbagai sumber, tidak
dibatasi dalam jumlah hari, minggu dan jam. Kegiatan belajar lumat dalam hidup dan bekerja sebagai kegiatan
sehari-hari manusia.
Mengajar
Bersama, dilaksanakan secara kolaboratif, tidak bertumpu pada peran tunggal guru. Orang tua,
masyarakat, dan pihak lainnya dihadirkan di sekolah atau dikunjungi untuk pembelajaran bersama bagi peserta didik.
Generasi
Pebelajar, dengan media sosial sebagai
pendamping mobilitasnya. Generasi yang sangat mudah mengakses informasi, dunia
ada di telapak tangannya, berkegiatan dalam ragam tugas dan jejaring sosial
yang luas, seperti mengajari kita demikianlah mestinya pendidikan
diselenggarakan bagi mereka. Sekolah inovasi memahami secara mendalam karakteristik
peserta didik berbudaya media sosial dan
mengakomodasinya ke dalam proses pedidikan.
Pegembangan Karir dan
Bimbingan, memfasilitsi peserta didik sadar dan
cakap menghadapi perubahan makna bekerja dan kehidupan. Pengembangan karir menginkorporasi
kemampuan akademik- vokasional peserta didik dengan kemandirian mengambil pilihan dan keputusan pribadi,
sosial, dan moral dalam menavigasi hidupnya untuk mencapai kesejahteraan.
Budaya Berkarakter dan
Damai, memastikan hasil belajar yang baik dan bermutu
dicapai dengan cara baik, benar, dan
jujur. Budaya otomasi dan digitasi bisa
menumbuhkan orientasi hidup ke arah pilihan
berbasis individual, kohesi sosial tidak
alami, persaingan semakin ketat, nilai
hubungan pribadi semakin terkikis, memerlukan
atmosfir damai sebagai pencegahnya. Damai sebagai cara berpikir dan berperilaku
warga sekolah yang terpancar dalam budaya lingkungan belajar, bekerja, dan
hidup.
Kepemimpinan
pedagogis-transformatif, tumbuh pada setiap personil pendidikan, dari pemimpin sampai guru. Mereka sadar sedang
memimpin manusia yang berkembang, sadar akan tanggung jawab mengembangkan budaya berkarakter dan damai, sadar
bahwa dirinya adalah instrumen utama untuk menciptakan suasana dan proses
pembelajaran yang fasilitatif, berkarakter dan damai bagi perkembangan peserta
didik.
Tashkent, 1 Juni 2019
Penulis adalah Duta Besar Republik
Indonesia
untuk Republik Uzbekistan dan Kyrgyzstan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar diharapkan bersifat membangun dalam rangka pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Kami sampaikan terima kasih