Jumat, 14 Juni 2019

PGRI dan Pemilu (Bagian ketiga)

PGRI dan Pemilu
Bagian ketiga
Oleh Didi Suprijadi

Masa Orde Reformasi, Orde reformasi ditandai dengan tumbangnya pemerintahan rezim Orde Baru, tahun 1998. Sifat reformasi yang kembali ke alam demokrasi sesuai Pancasila dan Undang Undang 45 membuat PGRI mempercepat kongresnya empat bulan dari yang seharusnya. Kongres XVlll diselenggarakan di Lembang Bandung tahun 1999. Kongres XVlll di Lembang terpilih M Surya sebagai ketua Umum dan Sulaiman HB Ismaya sebagai sekretaris jendral PB PGRI masa bakti 1999 - 2003.

Kongres XVlll, memutuskan PGRI kembali ke jati dirinya seperti saat PGRI di lahirkan,yaitu PGRI sebagai organisasi perjuangan, profesi dan ketenaga kerjaan. Keputusan ini sangat tepat dan sesuai dengan semangat reformasi, sehingga masyarakat, termasuk anggota PGRI, bebas mengeluarkan pendapat dan pandangan masing-masing. Dengan kembalinya PGRI kepada jatidiri semula maka PGRI bebas juga menetukan pilihan politiknya, bukan hanya bernaung di bawah golkar tetapi bebas memilih partai politik yang saat itu tumbuh bak jamur di musim hujan, dimana jumlah partai politik mencapai 40 buah. Saking semangat nya menyambut era reformasi dan kebebasan ada sebagian pengurus PGRI yang mendirikan partai politik yang diberi nama Partai Mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mendaftar sebagai partai peserta pemilu.


Dengan kembalinya PGRI sebagai organisasi serikat pekerja disamping organisasi perjuangan dan profesi, serta bebasnya pilihan politik bagi PGRI dan anggautanya, Kemudian PB PGRI mendaftarkan lagi PGRI sebagai Organisasi Serikat Pekerja di Depnaker (SK Menaker N0. Kep 370/M/BW/1999) tanggal 10 Agustus 1999. Kelak kemudian hari PGRI bersama beberapa federasi serikat bebas lainnya tahun 2003 mendirikan dan membentuk KSPI ( Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia )

Tahun 1999 pemilu pertama dilaksanakan di masa orde reformasi dengan peserta multy partai  menghasilkan partai pemenang partai Golkar dan terpilih lah Presiden pertama di masa orde reformasi yaitu Kiai Haji Abdurahman Wahid dengan wakil Presiden Megawati Soekarno Putri. Gonjangan politik yang belum stabil di masa awal reformasi mengakibatkan turunnya Gusdur panggilan akrab Abdurahman Wahid sebagai Presiden tahun 2001 dan digantikan oleh wakilnya yaitu Megawati Soekarno Putri bersama wakil presiden terpilih Hamzah Haz.

PGRI masa reformasi bersama ketua umum M Surya dalam pemerintahan era Gusdur ,Megawati dan Hamzah Haz relatif tidak ada persoalan yang berarti,Pemerintahan fokus membenahi ekonomi,sosial dan politik pasca reformasi.  PGRI bersama jajarannya konsolidasi kepada pengurus pengurus provinsi dan Kabupaten/ kota seluruh Indonesia. Karena imbas dari era reformasi dalam kebebasan ada satu dua pengurus provinsi PGRI yang ikut ikutan reformasi dengan menyebut dirinya pengurus PGRI reformasi. Kuat dan solidnya kepemimpinan M Surya dalam kancah politik yang bebas membuat PGRI dapat mengatasi masalah masalah internal dan eksternal. Di zaman kebebasan ini lah muncul organisasi organisasi sempalan yang mengatas namakan organisasi guru bukan organisasi guru PGRI.  

Tahun 2003 Kongres PGRI masa bakti XlX dilaksanakan di Semarang terpilih sebagai ketua umum M Surya untuk periode kedua dengan sekretaris jendral Kusrin Wardoyo dan terakhir digantikan oleh Sumardi Thaher setelah pergantian antar waktu karena sekretaris jendral terpilih Wafat.  Kongres PGRI selalu dirancang dilaksanakan satu tahun sebelum pelaksanaan pemilu, ini terkandung maksud agar pengaruh politik tidak mempengaruhi proses pergantian pengurus PB PGRI dalam kongres. Sedangkan pelaksanaan Pemilu kedua di era reformasi  diselenggarakan tahun 2004 , M Surya dan beberapa tokoh pengurus PGRI ramai ramai mendaftar sebagai peserta pemilu menjadi calon anggauta senator DPD RI. Ada pengurus yang berhasil menjadi anggauta DPD RI dan berkantor di gedung DPD RI senayan seperti M Surya dan Sumardi Thaher.

Disamping urusan pemilu legislatif di tahun 2004 untuk pemilihan DPRD,DPR RI dan DPD RI yang lebih penting lagi adalah pemilihan presiden secara langsung, Karena pemilu untuk legislatif dipisah dengan pemilihan presiden. Pemilihan presiden secara langsung yang pertama kali ini di ikuti oleh lima pasangan Capres dan cawapres, yaitu adalah Hamzah Haz-Agum Gumelar, Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Wiranto-Salahuddin Wahid dan Soesilo Bambang Yudhoyono-Yusuf Kalla. Kelima pasangan itu menjadi peserta pemilu presiden 2004 berdasarkan Keputusan KPU nomor 36/2004.

Dengan alasan karena pengurus baru saja konsolidasi di masa era reformasi sekaligus juga baru pertama kali pelakanaan pemilihan presiden secara langsung maka di ambil Keputusan bersama, bahwa  PB PGRI untuk mencoba mendekat keseluruh lima pasangan calon presiden dan menawarkan programnya.

Kecenderungan politik PGRI saat itu tidak jelas berpihak kemana? Sebelum pelaksanaan pemilihan presiden belum terlihat kemana arah kemauan politik pemerintah dan PGRI.Hanya saja  Gedung PB PGRI sempat mendapat kan dana rehab di tahun terakhir pemerintahan Megawati - Hamzah Haz menjelang pemilihan presiden .

Kelincahan kepemimpinan M Surya dalam mengelola PGRI dan arah politiknya perlu diacungi jempol, sebagai orang yang matang dalam dunia pendidikan dan pergerakan M Surya dapat mendekat ke semua calon Presiden dan memberikan program program PGRI kepada Calon Presiden. 
Pertemuan Tawangmangu Solo yang diprakarsai oleh pengusaha muda sekaligus anggauta dewan penasehat PB PGRI Setiawan Jhodi antara PB PGRI dan pengurus provinsi dengan Soesilo Bambang Yudhono merupakan pertemuan yang perlu dicatat sebagai bagian kompromi politik. Dalam pertemuan di udara dingin nan sejuk puncak Gunung Lawu Tawangmangu,Karanganyar,Solo M Surya meski tidak secara nyata  menyatakan dukungan kepada calon presiden, M Surya menyatakan bahwa teman teman menyandarkan harapannya kepada Soesilo Bambang Yudhoyono yang saat itu maju calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla. 
Dalam pertemuan tersebut M Surya atas nama ketua umum PB PGRI memberikan 5 harapan kepada calon Presiden.Pertama,harapan presiden terpilih segera mengesahkan Undang Undang Guru, Kedua,realisasi pelaksanaan amandemen UUD 45 dan UU sisdiknas yang menetapkan 20% APBN atau APBD dianggarkan untuk pendidikan,Ketiga,Presiden terpilih diharapkan bisa menyelesaikan mutu,distribusi,kesejahteraan serta manajemen Guru, Keempat, Guru diharapkan mendapatkan pengaturan gaji tersendiri, Kelima, Harapan terakhir agar pemerintah memprioritaskan masalah Pendidikan.




Karena tidak ada yang mendapatkan 50 % plus 1 dalam perolehan suara pemilihan presiden,maka pemilihan presiden dilakukan dua putaran. Putaran kedua bertarung dua pasangan calon presiden yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri - Hasyim Muzadi. Megawati Soekarno Putri sebagai petahana kalah oleh Soesilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden putaran kedua.


Di awal pemerintahan SBY terjadi insiden kecil saat HUT PGRI ke 60 dan HGN tahun 2005 di stadion Manahan Solo, Minggu 17 Nopember 2005, yaitu apa yang dikenal dengan tragedi “Puisi Kandang Ayam” . puisi ini berisi sindiran tentang keadaan dunia pendidikan di indonesia,puisi dibacakan oleh penasehat PB PGRI Winarno Surachmat didepan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menhadiri HUT PGRI mewakili presiden yang berhalangan hadir. Dalam peringatan hari ulang tahun yang sakral ini diawali dengan adanya aksi unjuk rasa protes dari daerah daerah yang hadir, tuntutan aksi ini adalah pengesahan undang undang guru yang dijanjikan oleh Presiden di hari Ulang tahun guru 25 Nopember 2005.

Kita semua maklum sepanjang dua periode Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden hanya satu kali tidak menghadiri peringatan HUT PGRI. Sejarah mencatat juga di era kepemimpinannya lah penetapan Guru sebagai jabatan profesional, lahirnya Undang Undang Guru dan Dosen serta berlakunya anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD. Dianggkatnya 1 juta guru honorer dan adanya dirjen Guru terjadi saat kepemimpinan SBY.
Masa Orde Reformasi, Orde reformasi ditandai dengan tumbangnya pemerintahan rezim Orde Baru, tahun 1998. Sifat reformasi yang kembali ke alam demokrasi sesuai Pancasila dan Undang Undang 45 membuat PGRI mempercepat kongresnya empat bulan dari yang seharusnya. Kongres XVlll diselenggarakan di Lembang Bandung tahun 1999. Kongres XVlll di Lembang terpilih M Surya sebagai ketua Umum dan Sulaiman HB Ismaya sebagai sekretaris jendral PB PGRI masa bakti 1999 - 2003.

Kongres XVlll, memutuskan PGRI kembali ke jati dirinya seperti saat PGRI di lahirkan,yaitu PGRI sebagai organisasi perjuangan, profesi dan ketenaga kerjaan. Keputusan ini sangat tepat dan sesuai dengan semangat reformasi, sehingga masyarakat, termasuk anggota PGRI, bebas mengeluarkan pendapat dan pandangan masing-masing. Dengan kembalinya PGRI kepada jatidiri semula maka PGRI bebas juga menetukan pilihan politiknya, bukan hanya bernaung di bawah golkar tetapi bebas memilih partai politik yang saat itu tumbuh bak jamur di musim hujan, dimana jumlah partai politik mencapai 40 buah. Saking semangat nya menyambut era reformasi dan kebebasan ada sebagian pengurus PGRI yang mendirikan partai politik yang diberi nama Partai Mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mendaftar sebagai partai peserta pemilu.

Dengan kembalinya PGRI sebagai organisasi serikat pekerja disamping organisasi perjuangan dan profesi, serta bebasnya pilihan politik bagi PGRI dan anggautanya, Kemudian PB PGRI mendaftarkan lagi PGRI sebagai Organisasi Serikat Pekerja di Depnaker (SK Menaker N0. Kep 370/M/BW/1999) tanggal 10 Agustus 1999. Kelak kemudian hari PGRI bersama beberapa federasi serikat bebas lainnya tahun 2003 mendirikan dan membentuk KSPI ( Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia )

Tahun 1999 pemilu pertama dilaksanakan di masa orde reformasi dengan peserta multy partai  menghasilkan partai pemenang partai Golkar dan terpilih lah Presiden pertama di masa orde reformasi yaitu Kiai Haji Abdurahman Wahid dengan wakil Presiden Megawati Soekarno Putri. Gonjangan politik yang belum stabil di masa awal reformasi mengakibatkan turunnya Gusdur panggilan akrab Abdurahman Wahid sebagai Presiden tahun 2001 dan digantikan oleh wakilnya yaitu Megawati Soekarno Putri bersama wakil presiden terpilih Hamzah Haz.

PGRI masa reformasi bersama ketua umum M Surya dalam pemerintahan era Gusdur ,Megawati dan Hamzah Haz relatif tidak ada persoalan yang berarti,Pemerintahan fokus membenahi ekonomi,sosial dan politik pasca reformasi.  PGRI bersama jajarannya konsolidasi kepada pengurus pengurus provinsi dan Kabupaten/ kota seluruh Indonesia. Karena imbas dari era reformasi dalam kebebasan ada satu dua pengurus provinsi PGRI yang ikut ikutan reformasi dengan menyebut dirinya pengurus PGRI reformasi. Kuat dan solidnya kepemimpinan M Surya dalam kancah politik yang bebas membuat PGRI dapat mengatasi masalah masalah internal dan eksternal. Di zaman kebebasan ini lah muncul organisasi organisasi sempalan yang mengatas namakan organisasi guru bukan organisasi guru PGRI.  

Tahun 2003 Kongres PGRI masa bakti XlX dilaksanakan di Semarang terpilih sebagai ketua umum M Surya untuk periode kedua dengan sekretaris jendral Kusrin Wardoyo dan terakhir digantikan oleh Sumardi Thaher setelah pergantian antar waktu karena sekretaris jendral terpilih Wafat.  Kongres PGRI selalu dirancang dilaksanakan satu tahun sebelum pelaksanaan pemilu, ini terkandung maksud agar pengaruh politik tidak mempengaruhi proses pergantian pengurus PB PGRI dalam kongres. Sedangkan pelaksanaan Pemilu kedua di era reformasi  diselenggarakan tahun 2004 , M Surya dan beberapa tokoh pengurus PGRI ramai ramai mendaftar sebagai peserta pemilu menjadi calon anggauta senator DPD RI. Ada pengurus yang berhasil menjadi anggauta DPD RI dan berkantor di gedung DPD RI senayan seperti M Surya dan Sumardi Thaher.

Disamping urusan pemilu legislatif di tahun 2004 untuk pemilihan DPRD,DPR RI dan DPD RI yang lebih penting lagi adalah pemilihan presiden secara langsung, Karena pemilu untuk legislatif dipisah dengan pemilihan presiden. Pemilihan presiden secara langsung yang pertama kali ini di ikuti oleh lima pasangan Capres dan cawapres, yaitu adalah Hamzah Haz-Agum Gumelar, Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Wiranto-Salahuddin Wahid dan Soesilo Bambang Yudhoyono-Yusuf Kalla. Kelima pasangan itu menjadi peserta pemilu presiden 2004 berdasarkan Keputusan KPU nomor 36/2004.

Dengan alasan karena pengurus baru saja konsolidasi di masa era reformasi sekaligus juga baru pertama kali pelakanaan pemilihan presiden secara langsung maka di ambil Keputusan bersama, bahwa  PB PGRI untuk mencoba mendekat keseluruh lima pasangan calon presiden dan menawarkan programnya.

Kecenderungan politik PGRI saat itu tidak jelas berpihak kemana? Sebelum pelaksanaan pemilihan presiden belum terlihat kemana arah kemauan politik pemerintah dan PGRI.Hanya saja  Gedung PB PGRI sempat mendapat kan dana rehab di tahun terakhir pemerintahan Megawati - Hamzah Haz menjelang pemilihan presiden .

Kelincahan kepemimpinan M Surya dalam mengelola PGRI dan arah politiknya perlu diacungi jempol, sebagai orang yang matang dalam dunia pendidikan dan pergerakan M Surya dapat mendekat ke semua calon Presiden dan memberikan program program PGRI kepada Calon Presiden. 
Pertemuan Tawangmangu Solo yang diprakarsai oleh pengusaha muda sekaligus anggauta dewan penasehat PB PGRI Setiawan Jhodi antara PB PGRI dan pengurus provinsi dengan Soesilo Bambang Yudhono merupakan pertemuan yang perlu dicatat sebagai bagian kompromi politik. Dalam pertemuan di udara dingin nan sejuk puncak Gunung Lawu Tawangmangu,Karanganyar,Solo M Surya meski tidak secara nyata  menyatakan dukungan kepada calon presiden, M Surya menyatakan bahwa teman teman menyandarkan harapannya kepada Soesilo Bambang Yudhoyono yang saat itu maju calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla. 
Dalam pertemuan tersebut M Surya atas nama ketua umum PB PGRI memberikan 5 harapan kepada calon Presiden.Pertama,harapan presiden terpilih segera mengesahkan Undang Undang Guru, Kedua,realisasi pelaksanaan amandemen UUD 45 dan UU sisdiknas yang menetapkan 20% APBN atau APBD dianggarkan untuk pendidikan,Ketiga,Presiden terpilih diharapkan bisa menyelesaikan mutu,distribusi,kesejahteraan serta manajemen Guru, Keempat, Guru diharapkan mendapatkan pengaturan gaji tersendiri, Kelima, Harapan terakhir agar pemerintah memprioritaskan masalah Pendidikan.

Karena tidak ada yang mendapatkan 50 % plus 1 dalam perolehan suara pemilihan presiden,maka pemilihan presiden dilakukan dua putaran. Putaran kedua bertarung dua pasangan calon presiden yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri - Hasyim Muzadi. Megawati Soekarno Putri sebagai petahana kalah oleh Soesilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden putaran kedua.


Di awal pemerintahan SBY terjadi insiden kecil saat HUT PGRI ke 60 dan HGN tahun 2005 di stadion Manahan Solo, Minggu 17 Nopember 2005, yaitu apa yang dikenal dengan tragedi “Puisi Kandang Ayam” . puisi ini berisi sindiran tentang keadaan dunia pendidikan di indonesia,puisi dibacakan oleh penasehat PB PGRI Winarno Surachmat didepan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menhadiri HUT PGRI mewakili presiden yang berhalangan hadir. Dalam peringatan hari ulang tahun yang sakral ini diawali dengan adanya aksi unjuk rasa protes dari daerah daerah yang hadir, tuntutan aksi ini adalah pengesahan undang undang guru yang dijanjikan oleh Presiden di hari Ulang tahun guru 25 Nopember 2005.

Kita semua maklum sepanjang dua periode Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden hanya satu kali tidak menghadiri peringatan HUT PGRI. Sejarah mencatat juga di era kepemimpinannya lah penetapan Guru sebagai jabatan profesional, lahirnya Undang Undang Guru dan Dosen serta berlakunya anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD. Dianggkatnya 1 juta guru honorer dan adanya dirjen Guru terjadi saat kepemimpinan SBY.   (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar diharapkan bersifat membangun dalam rangka pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Kami sampaikan terima kasih