Rabu, 06 Juli 2016

Penggunaan Sosiodrama Dalam Layanan Bimbingan Konseling

Dalam bahasa sederhana Sosiodrama didifinisikan sebagai tampilan drama yang mengambil tema kehidupan sosial, menyangkut hubungan individu dengan individu atau individu dengan kelompok. definsi yang lebih luas diartikan model pembelajaran bermain peran individu sebagai mahkluk sosial yang tidak terlepas dari fenomena-fenomena didalamnya dengan tujuan menumbuhkan pemahaman sekaligus merumuskan pemecahan masalah-masalah yang ditimbulkan seperti kenakalan remaja, pola asuh keluarga, pergaulan, dan lain-lain.


Sosiodrama dalam model pembelajaran atau pelayanan Bimbingan Konseling dirasakan efektif, karena metode ini bisa mengatasi kebosanan dari siswa terhadap metode yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain, sosiodrama bisa dijadikan sebagai salah satu strategi alternatif inovatif guru dalam mengarahkan siswa memahami dan menghayati proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain target tersebut siswa memungkinkan juga untuk diketahui bakat serta skill dalam dunia peran. Tentu saja bisa dikatakan "menyelam sambil minum air".

Sebenarnya tulisan ini belum selanjutnya final dan ada kemungkinan saya akan menyempurnakan lebih jauh seperti apakah sosidrama. Akan tetapi ada yang sedikit menggelitik, kejadian 2 hari sebelum tulisan ini saya rilis. Ada seorang guru Bahasa Indonesia satu instansi dengan saya bertanya saat proses layanan klasikal Bimbingan konseling terjadi dikelas binaan saya " Masak Bimbingan Konseling ada pembelajaran drama?" Sungguh terkejut saat itu, ternyata banyak beberapa guru-guru mata pelajaran yang belum mengenal lebih jauh layanan Bimbingan Konseling. Ok lah saya tidak mencoba mencari siapa yang salah dalam hal ini, guru Bahasa Indonesia atau mapel lainnya. Hal ini tidak terlepas dari peran guru Bimbingan Konseling sendiri yang kurang dalam mengadopsi berbagai alternatif pelayanan. Padahal sejak dalam bangku perkuliahan metode pelayanan ini sudah muncul, apakah sekedar teoritik semata atau bahkan sudah ada yang mengimplementasikan langsung dalam perkuliahan, tentu saja hal ini yang bisa menjawab adalah teman-teman sendiri.

Ada beberapa tahapan dalam Sosiodrama yang saya baca dibuku, mungkin ini hanya sekedar menginggat saja, yaitu :
  1. Menetapkan problem
  2. Mendeskripsikan sosial  konflik
  3. Pemilihan pemain
  4. Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat.
  5. Memerankan situasi tersebut.
  6. Memotong adegan
  7. Mendiskusikan, menganalisis situasi kelakuan dan gagasan yang diproduksi.
  8. Menyusun rencana untuk testing lebih atau implementasi gagasan baru.
Tahapan berikut adalah kajian teoritik, terkadang sulit diwujudkan dilapangan, sehingga saya lebih suka sekarang menampilkan layanan sosiodrama ini dalam bentuk video. Yang terpenting, dalam sosiodrama adalah peran aktif guru Bimbingan Konseling sebagai fasilitator dalam proses layanan seperti (1) memulai pelayanan klasikal dengan memberi gambaran singkat mengenai situasi. Situasi ini meliputi suatu profesi atau budaya. Pada proses ini biasanya siswa sebagai aktor melakukan pengenalan karakter dan mengatur panggung, masing-masing dari sudut pandangnya sendiri. (2) Setelah aktor atau siswa membangun karakter  dan situasi, guru sebagai fasilitator bersikap lebih pasif dengan membiarkan siswa untuk berimprovisasi. (3) Pada akhir sosiodrama, fasilitator akan membuat kunci “poin pembelajaran” berdasarkan apa yang telah terjadi dan tentang subjek di tangan. Para penonton diajak untuk terlibat baik fasilitator atau aktor dalam diskusi.
Lebih lanjut terkait layanan sosiodrama yang saya lakukan di dalam kelas, bisa teman-teman perhatikan di paparan beberapa video ini.

Video tayang ini bertemakan tentang pola asuh keluarga, pergaulan remaja, dan obat-obatan terlarang. Naskah disusun sendiri oleh siswa, mohon maaf walaupun sebenarnya dari pihak guru menyediakan naskah akan tetapi beralasan agar siswa lebih memahami fenomena sosial yang mereka temukan dan sesuai dengan tataran konsep berpikir mereka maka saya berikan keleluasaan bebas berkarya. Jika dipandang lebih jauh mengarahkan siswa lebih kreatif, sudah jelas pasti. Sedangkan video kedua ini menggambarkan rasa solidaritas pertemanan, naskah juga disusun oleh siswa sendiri.
Dari kedua video tersebut saya rasakan masih ada kekurangan, merujuk dari permasalahan awal saya harus mengeluarkan tulisan ini di media publik khususnya dalam dunia pendidikan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang salah satunya di sampaikan oleh guru Bahasa Indonesia. Semoga kajian ini bisa memberikan gambaran lebih lanjut tentang layanan-layanan Bimbingan Konseling. Insyallah saya akan mencoba menyempurnakan, kearah yang lebih baik dari tampilan video maupun literatur teori yang menyertainya dan semoga membawa manfaat untuk kita semua.

Mohon maaf, saat ini tanggal 21 September 2014 saya mencoba memberikan data tambahan video. Sebenarnya banyak video yang insyaallah akan di dapatkan saat saya memberikan layanan klasikal di kelas akan tetapi karena keterbatasan waktu meng-upload dalam youtube maka proses minimalis yang terjadi. Hal menarik dalam video ini siswa menanpilkan sosiodrama bercerita tentang anak-anak berandalan bahkan guru BK sendiri juga menjadi sindiran bagi mereka, alhamdulillah ketika saya tanya? guru BK yang ditampilkan tersebut saya yah? jawab mereka bukan. Mari kita saksikan video seru mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar diharapkan bersifat membangun dalam rangka pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Kami sampaikan terima kasih