Sabtu, 23 Juli 2016

Proses Belajar Dalam Beradaptasi dan Perubahan Individu

Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dilepaskan dari terjadinya perubahan-perubahan disekitarnya, seperti banjir, gempa bumi, mewabahnya demam berbarah, flu burung, maraknya orde reformasi, populernya internet, ponsel yang selalu berubah model, merupakan perubahan-perubahan yang telah, tengah atau juga akan berlangsung. Umumnya kita menganggap bahwa perubahan di atas hanyalah gangguan atau kekacauan sementara dari situasi yang dalam keadaan normal bersifat konstan. Kebanyakan dari kita akan merasa bahwa dalam keadaan normal dunia ini bersifat ajeg/konstan, sedangkan perubahan ini adalah penyimpangan yang berlangsung singkat dari situasi yang ajeg tadi, Penilain kita tentang perubahan seperti tersebut di atas ternyata berbeda dengan pendapat ahli psikologi belajar Paul Chance. Menurut Chane (1988) justru perubahan itulah yang bersifat konstan, ringkasnya justru dalam keadaan normal dunia ini senantiasa mengalami perubahan ; “perubahan bukanlah perkecualian terhadap hukum, tetapi hukum itu sendiri”.


Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia hidup di bawah hukum perubahan. Sebagai akibatnya manusia harus mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi agar supaya manusia bisa bertahan dan melangsungkan hidupnya.
Adapun cara-cara yang diusulkan agar manusia mampu beradaptasi dengan perubahan dan bertahan hidup, dari rangkuman pendapat beberapa ahli sebagai berikut :
  1. Evolusi. Tekanan-tekanan lingkungan memilih sifat-sifat berperilaku yang optimal dalam lingkungan tersebut dan sifat-sifat ini dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai bagian dari warisan genetik spesies tersebut. Misalnya bayi lahir dengan refleks menghisap yang akan aktif jika mulut bayi didekatkan pada puting susu ibunya.
  2. Belajar. Organisme menyesuaikan perilakunya untuk mencerminkan apa yang telah dipelajari sehubungan dengan lingkungannya. Misalnya manusia harus menyesuaikan diri terhadap revolusi teknologi yang terjadi pada setiap generasi (Anderson, 1995).
Hergenhan & Olson (1997) mengemukakan :
  1. Mekanisme homeostatis dan refleksif yang berkembang secara evolusi. Secara evolusi tubuh mengembangkan kapasitas untuk merespon secara otomatis kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya : kita bernafas secara otomatis, ada reflek.
  2. Belajar. Untuk bertahan hidup manusia harus memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan makanan, minuman, dan seks. Untuk memperoleh pemuasan akan kebutuhan-kebutuhan tersebut maka manusia berinteraksi dengan lingkungan. Misal : manusia belajar tentang benda-benda yang berbahaya atau yang aman di lingkungannya.

Kesimpulan yang bisa dibuat dari beberapa pendapat di atas adalah : Terdapat dua cara beradaptasi pada manusia terhadap perubahan-perubahan yang terjadi agar manusia mampu bertahan hidup. Dua cara tersebut yaitu (a) evolusi, nature, evolusi genetik, dengan bentuk-bentuk proses fisiologis internal, mekanisme homeostatis, gerakan refleks, dan (b) belajar, nurture, dalam bentuk penyesuaian perilaku, akuisisi perilaku baru.

Perlu dicatat pendapat Anderson (1995) yang mengatakan ada efek bola salju : bahwa “lingkungan yang lebih kompleks akan menuntut lebih banyak belajar, yang pada gilirannya akan menciptakan lingkungan yang lebih kompleks dan seteruisnya. Efek bola salju ini sedikit banyak telah menggelinding diluar kendali dalam masyarakat modern ; teknologi teah menciptakan suatu lingkungan yang mengandung bahaya besar (obat-obat bius, senjata nuklir, ancaman lingkungan, dan sebagainya), yang kita belum pernah belajar mengelolanya dan yang kita tidak memiliki waktu untuk menyesuaikan diri lewat evolusi”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar diharapkan bersifat membangun dalam rangka pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Kami sampaikan terima kasih